Semakin ke sini, saya semakin sering menemui fenomena yang membuat saya risih, yakni anak-anak yang bercakap-cakap dengan teman sebayanya dengan kata-kata yang kasar. Anggaplah ada dua orang anak, seumuran SMP sedang bercakap-cakap berdua di sebuah angkutan umum kota. Kedua anak ini bisa laki-laki ataupun perempuan, karena sama saja. Mereka bercakap-cakap mengenai apa yang mereka alami di sekolahnya, baik itu testimoni mengenai ulangan yang dihadapinya, atau tingkah laku gurunya yang unik, ulah nakal temannya, dan sebagainya. Biasa bukan? Tapi entah kenapa semua perbincangan yang seharusnya lucu itu menjadi sebuah kerisihan karena di setiap kalimatnya diselingi kata-kata kebun binatang. Baiklah, saya akan berikan contoh.
Salah satu anak bercerita, "eh anj*r, ulangan tadi mampus banget gue, kampret dah yang bikin soal. Budi mah pinter dia any*ng, ngerjain soal bentar langsung keluar." Cerita itu dibalas oleh temannya dengan, "ta*k lah gue juga ngasal banget tadi j*r, kagak belajar gue." Mungkin bagi kalangan mereka, percakapan seperti itu wajar. Lawan bicaranya tidak tersinggung sama sekali walaupun terlontarkan kata-kata kasar itu. Tapi saya sebagai penumpang publik di angkutan umum, justru risih, serta sedih. Pertama, mengapa sekarang kata kasar dapat semudah itu untuk dikeluarkan? Tanpa rasa malu atau menyesal. Bahkan seperti merupakan pelengkap dari kalimat bahasa indonesia yang baik dan benar. Kedua, mengapa kata kasar itu dikeluarkan oleh anak-anak? Mungkin bagi kalangan mereka, hal itu keren, tapi jika menjadi orangtua mereka, tentu akan marah besar. Tentunya sulit, memonitor perkembangan anak yang mulai menginjak masa puber, yang sekarang lebih sering bergaul dengan teman-teman dibandingkan bergaul di rumah dengan ayah dan ibu. Sungguh miris hati jika kita tidak pernah mengajarkan anak-anak kata-kata yang tidak sopan, sedangkan di luar sana anak-anak kita melontarkan sumpah serapah yang bisa saja dapat menyakiti hati orang lain. Sebagai orangtua, tentunya harus menggali, mengenali lebih dalam bagaimana karakter anak kita. Seringkali orangtua terkecoh, dimana orangtua merasa lega dan tenang ketika melihat anak duduk tenang dan menjadi penurut di rumah. Anggapannya, jika sudah tenang di rumah, di luar akan aman. Tapi justru faktor lingkungan dari luar rumah yang menjadi faktor cukup besar bagi karakter anak. Ada beberapa hal yang mungkin bisa orangtua coba untuk mencegah anak berkata kasar di luar lingkungan rumah. 1. Jauhkan dari Sumber Media yang Buruk Jaman sekarang begitu banyak saluran berita/hiburan yang kurang sesuai dengan nilai-nilai yang baik. Tak jarang pula anak akan belajar dari tren yang ada di saluran-saluran tersebut. Walaupun anak sudah menginjak masa remaja dan mengharapkan privasi yang lebih, orangtua harus tetap dapat berperan sebagai pemimpin di dalam keluarga demi menjunjung nilai-nilai dalam keluarga. Orangtua perlu mengetahui situs atau saluran tv favorit anaknya, perlu meneluarkan kuasa untuk membatasi anak dari paparan media yang buruk. Jangan biarkan anak terlalu lama bosan dengan segala fasilitas yang dapat memaparkan media yang buruk. 2. Sering Menjalin Percakapan Intim dengan Anak Ketidaktahuan orangtua mengenai karakter anak yang sebenarnya adalah karena kurangnya kedekatan antara orangtua dan anak. Seiring kesibukan kerja orangtua dan kesibukan sekolah anak, membuat minimnya percakapan intim antara orangtua dan anak. Orangtua menjadi kurang memahami karakter dan potensi anak ketika berada di lingkungan di luar rumah. Jika anak dan orangtua saling percaya, anak tentunya akan lebih terbuka dan karakter berkata kasar tentunya akan lebih mudah untuk diidentifikasi oleh orangtua. Jangan ragu pula untuk menanyakan langsung, apakah anak sering menggunakan kata kasar ketika berbicara dengan teman sebayanya. 3. Kuatkan Nilai-Nilai Agama di Rumah Semua agama menjunjung nilai-nilai yang baik bagi pribadi dan kemanusiaan. Tidak ada agama yang membolehkan umatnya berkata kasar dan menyakiti manusia lain. Tentunya jika menyadarkan dan menguatkan anak dengan nilai tersebut, anak dapat merasa malu jika akan berkata kasar. 4. Kenali Lingkungan Anak di Luar Rumah Walaupun tidak bisa bertemu langsung dengan teman-teman atau sahabatnya, orangtua baiknya mengenali siapa saja lingkungan di sekitar anak. Jika anak cukup terbuka, gali mengenai karakter teman-temannya. Jangan ragu pula untuk menanyakan siapa teman-temannya yang suka berkata kasar, dan pintalah anak agar tidak meniru hal-hal buruk dari teman-temannya.
0 Comments
|
AuthorSyakira Rahma & ArchivesCategories |